Hukum Rimba di Jaman Modern

Sama seperti hukum rimba yang jadi judul postingan saya ini, seringkali dalam dunia manusia, berlaku pula hukum yang sama. Yang kaya yang berkuasa. Karena yang terjadi di dunia sesungguhnya memang seperti itu.

Saya ingin menekankan bahwa orang kaya memiliki jauh lebih banyak kontrol daripada orang menengah dan miskin. Mungkin kita sering berucap: Orang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Itu bukan kalimat yang salah. Apa yang membuat orang kaya semakin kaya adalah karena mereka mempunyai modal berlebihan untuk berada dalam investasi dengan resiko lebih tinggi. Jadi orang kaya memilih untuk mengambil resiko lebih tinggi, sedangkan orang miskin seperti berada di dalam sangkar jelek. Orang miskin semakin miskin berinvestasi dengan 2 cara:
  1. Membatasi diri dengan tidak mengambil resiko dan hidup aman2 saja (aman menurut versi dia sendiri)
  2. Membuka diri untuk lebih banyak resiko tetapi tidak punya modal yang cukup untuk bisa bertahan di investasi high risk (kegagalan investasi pertama sudah membuat ia tersingkir dari medan tempur)

Selain itu, memang dunia ini adalah konspirasi. Seperti sebuah sandiwara. Orang2 maha kaya dan berkuasa mengendalikan semua dari balik layar, sedangkan orang kaya, orang miskin, dan menengah adalah pemain atau korban sandiwaranya. Ini bisa kita lihat dari peraturan2 pemerintah yang selalu dibentuk untuk kepentingan orang kaya. Perhatikan berapa perbandingan peraturan yang melindungi orang miskin, dan berapa peraturan yang melindungi orang kaya. Saya curiga rasanya merekalah yang membuat peraturan itu untuk diri mereka sendiri. Dan memang seperti itu kenyataannya.

Saya tidak sewot kepada orang kaya. Bukankah target kita semua adalah menjadi kaya? Jadi bagaimana kita bisa kaya kalau peraturan itu hanya menguntungkan orang kaya? Jawabannya adalah kita memposisikan diri sebagai pihak yang diuntungkan oleh peraturan itu.

Jangan salah.

Mengikuti peraturan itu bukan dari sisi orang miskin yang dirugikan. Kita harus membuat bagaimana caranya kita berada di sisi yang menguntungkan. Saya pikir kita semua dibekali dengan otak yang luar biasa, jadi menurut saya masing2 kita sudah mempunyai modal hebat yaitu otak. Bagusnya lagi, otak itu gratis.

Hanya dengan berada di sisi yang diuntungkan, kita bisa meraih kekayaan super besar. Karena tidak mungkin kita bisa mengubah peraturan itu, sekalipun Anda presiden, coba saja ubah peraturan itu, lihat saja tidak sampai satu tahun, Anda akan diminta turun dari jabatan kepresidenan.

Sebenarnya saya miris memperhatikan kondisi orang miskin di negara kita ini. Bukan keadaan hidupnya. Kalau keadaan hidup dari dulu sudah susah begitu kan? Maksud saya, mereka selalu ingin diuntungkan tetapi kukuh dengan keegoisan. Harusnya mereka mencari akal untuk menjadikan diri mereka yang diuntungkan dari peraturan2 itu, tanpa mengubah peraturannya. Tapi apa yang mereka lakukan? Mereka mendirikan asosiasi dan perlindungan buruh dan perkumpulan orang miskin lain, kemudian bersama2 dengan kekuatan jaringan ingin mengubah kebijakan pemerintah agar menguntungkan mereka.

Percaya atau tidak, pemerintah tidak akan bergeming dengan teriakan masal seperti itu.

Jika disini yang membaca adalah orang yang saya maksudkan di atas, saya tidak sedang menghina Anda, hanya mengkritik agar Anda bisa lebih maju. Tujuan hidup saya adalah memberdayakan orang2 tertindas, termasuk orang miskin. Saya ingin mengingatkan bahwa demonstrasi tidak bisa mengubah apapun, terutama kebijakan ekonomi. Ekonomi selalu dikuasai oleh kaum bangsawan yang mensupport pemerintah. Bagaimana bisa serikat buruh yang tidak berkontribusi apa2 ke pemerintah mempengaruhi pemerintah agar mengubah kebijakan, sedangkan kaum bangsawan banyak berkontribusi terutama dalam bentuk uang pada pemerintah???

Intinya, kita tidak bisa mengubah kebijakan yang sudah ada. Daripada kita membuang waktu untuk menentang, memprotes, atau berusaha mengubah peraturan itu, sebaiknya kita mulai berpikir bagaimana agar kita bisa diuntungkan dari berlakunya peraturan itu.

Salam sukses

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Good to Great